Revolusi Prancis tahun 1789 memiliki banyak penyebab. Kondisi politik, sosial, dan ekonomi di Prancis berkontribusi pada ketidakpuasan yang dirasakan oleh banyak orang Prancis - terutama pada golongan tani. Gagasan para intelektual membawa pandangan baru kepada pemerintah dan masyarakat. Berikut adalah tiga penyebab terjadinya revolusi Perancis. |
AZ Sejarah
|
az-sejarah.blogspot.com | Latar Belakang Terjadinya Revolusi Perancis (3 Penyebab Utama) |
Faktor Politik
Ketidakpuasan politik Prancis adalah salah satu penyebab Revolusi. Pada abad ke-17 dan ke-18, Perancis diperintah oleh pemerintah absolut. Raja memiliki semua kekuatan politik. Siapa pun yang mengkritik pemerintah bisa ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara tanpa diadili. Louis XVI adalah raja pada saat Revolusi Prancis. Dia lebih tertarik untuk berburu daripada memerintah Prancis. Dia dan ratu Austria-nya, Marie Antoinette, menjalani kehidupan yang boros di Istana Versailles. Mereka tidak terlalu peduli dengan keadaan negara mereka.
Selain itu, pemerintah Prancis dinilai tidak efisien, tidak adil dan korup. Banyak orang tidak puas dan marah terhadap bagaimana cara Prancis memerintah. Orang-orang tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghasilkan perubahan. Parlement Perancis yang disebut dengan Estates-General, belum pernah mengadakan pertemuan sejak 1614 dan tidak bisa tanpa persetujuan raja. Parlement Perancis pada dasarnya tidak memiliki kekuatan.
Disebut-sebut juga, hal yang menyebabkan terjadinya revolusi Perancis adalah reaksi dari kemerdekaan Amerika. Lord Action, seorang Inggris, menyatakan bahwa monarki yang digulingkan bukanlah yang menyebabkan Revolusi. Dia mengakui Kemerdekaan Amerika sebagai percikan Revolusi Prancis.
Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi yang diciptakan oleh raja-raja Prancis juga berkontribusi terhadap Revolusi. Selama abad ke-18, pemerintah Prancis mengeluarkan lebih banyak uang daripada pajak yang terkumpul. Pada tahun 1788, negara ini bangkrut. Arthur Young, seorang Inggris dan pengamat, yang melakukan perjalanan ke Prancis dari tahun 1787 sampai 1789 dengan marah menggambarkan kondisi kehidupan para petani di bukunya Travels in France. Jumlah pajak yang harus dibayar setiap orang tidak adil. Pemilik tanah dari kaum bangsawan tidak banyak dikenakan pajak. Sedangkan pemilik tanah dari kalangan masyarakat umum dikenai pajak dengan berat. Digambarkan juga kondisi Perancis saat itu kekurangan roti. Harga roti jauh lebih tinggi dibanding dengan penghasilan masyarakat umum Perancis. Hal ini menyebabkan kesengsaraan besar bagi orang-orang Prancis.
Lalu kemanakah semua uang dihabiskan? Sebagian besar uang dihabiskan untuk perang. Prancis telah berperang selama hampir 50 tahun dari seratus tahun sebelumnya. Perancis mendukung Amerika dalam Perang Kemerdekaan Amerika. Setelah itu, Prancis berada dalam reruntuhan keuangan. Sejumlah besar uang juga dihabiskan di istana, untuk hiburan dan hadiah oleh raja-raja Prancis. Pemerintah menghabiskan banyak uang yang pada akhirnya membebankan tarif pajak yang sangat tinggi. Sistem pajak itu tidak adil. Para bangsawan dan pendeta hampir tidak membayar pajak. Gereja memiliki sepersepuluh dari tanah di Prancis dan tidak membayar pajak. Para petani adalah korban pajak yang berat. Louis XVI mencoba mereformasi sistem perpajakan namun bangsawan dan pendeta menolak untuk menerima reformasi baru tersebut. Karena itu, raja tidak bisa melakukan reformasi keuangan. Gabelle, pajak garam, juga dipungut oleh raja-raja Prancis. Ketika Jacques Turgot mencoba menerapkan corvee yaitu pajak atas tanah, dia ditentang oleh bangsawan. Dia gagal mewujudkan corvee dan kemudian dipecat oleh Louis XVI.
Faktor Sosial
Masalah sosial juga merupakan faktor utama yang membawa Revolusi Prancis. Pada abad ke-18, Perancis adalah negara feodal dengan divisi kelas. Masyarakat terbagi menjadi tiga kelas. Kelas pertama terdiri dari pendeta. Yang kedua terdiri dari kaum bangsawan, dan kelas ketiga terdiri dari kaum borjuis, pekerja kota dan kaum tani. Kedudukan kelas menentukan kedudukan kekuatan di masyarakat.
Terdapat kesenjangan sosial yang sangat tinggi. Bayangkan saja, kelas pertama hanya 1% dari jumlah penduduk Perancis, tetapi memiliki tanah sebesar 10%. Kelas kedua terdiri dari 2% dari jumlah penduduk dan memiliki 35% tanah. Sedangkan kelas ketiga terdiri dari 97% dan memiliki tanah 35%. Proporsi jumlah orang dan jumlah tanah yang dimiliki di setiap kelas tidak adil. Kelas ketiga yang terdiri dari sebagian besar masyarakat Perancis hanya memiliki yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pemiliknya.
Kelas pertama dan kedua adalah kelas-kelas istimewa. Mereka adalah pendeta dan bangsawan yang saat itu tidak dipungut pajak sama sekali. Sedangkan, untuk kelas ketiga, mereka harus membayar sekitar empat per lima dari pendapatan mereka atas pajak. Mereka juga perlu membayar pajak tanah, juga pajak atas properti, jalan, dan garam. Atas dasar peraturan tersebut, masyarakat kelas ketiga adalah kelas yang paling tidak puas akan pemerintahan.
Kaum borjuis merupakan masyarakat berpendidikan tinggi. Mereka sangat dipengaruhi oleh gagasan Voltaire dan Rousseau yang menyerang ketidakadilan pada masa itu. Rousseau percaya bahwa orang pada dasarnya baik tapi menjadi rusak oleh masyarakat. Dalam masyarakat ideal, orang akan membuat hukum dan mematuhi mereka dengan rela. Mereka membenci keistimewaan bangsawan dan menginginkan peran lebih besar dalam urusan negara. Pekerja kota merupakan golongan yang sangat marah karena upah mereka tidak cukup untuk membeli barang saat harga naik dengan cepat. Petani terdiri dari 80% populasi dan harus membayar pajak yang tinggi.
Dapat disimpulkan, Revolusi Prancis disebabkan oleh masalah sosial, politik dan ekonomi. Orang-orang merasa tidak puas dengan penguasa saat itu. Dua kelas pertama memiliki hak istimewa dan yang ketiga sangat tidak beruntung dan harus membayar pajak yang tinggi. Raja-raja Prancis menghabiskan banyak uang untuk perang dan untuk hiburan serta pesta. Mereka menghabiskan lebih banyak uang daripada yang mereka hasilkan. Ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan revolusi Perancis.