Kerajaan Sriwijaya | Kerajaan Sriwijaya disebut-sebut sebagai Nusantara Pertama, karena daerah kekuasaannya yang sangat luas, mencakup Pulau Sumatera, sebagian Pulau Jawa, dan Semenanjung Melayu. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang bertahan cukup lama dan dikenal memiliki kekuatan maritim yang kuat. Nah,
A-Z Sejarah pada kesempatan kali ini akan menghadirkan informasi mengenai sejarah singkat Kerajaan Sriwijaya. Yuk baca!!!
|
Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya: Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi, & Budaya |
A. Aspek Kehidupan Politik
Sriwijaya merupakan kekuasaan pusat dari kekuasaan raja-raja kecil di lingkungan Kerajaan Sriwijaya. Raja Sriwijaya tidak membenarkan sikap tidak setia, termasuk dari anak, keluarga, dan kerabat kerajaan sendiri. Hal tersebut terbukti dari bunyi dalam prasasti-prasasti yang ditemukan yang berisi ancaman dan kutukan, antara lain kepada keluarga raja sendiri.
Beberapa catatan penting lainnya dari kerajaan Sriwijaya terkait aspek kehidupan politik kenegaraan adalah sebagai berikut.
1. Hubungan Internasional
Dari sumber berita Cina dinyatakan adanya hubungan yang erat antara Sriwijaya dengan Cina. Hubungan ini dimulai pada pertengahan abad ke-6. Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan Kerajaan Pala, Kerajaan Cholamandala di India Selatan. Berdasarkan isi Prasasti Nalanda yang dibuat pada kahir abad ke-9, Balaputradewa menjalin hubungan dengan Kerajaan Pala yang diperintah oleh Raja Dewapala. Prasasti Nalanda juga menyebutkan sebuah whiara yang dibuat atas perintah Balaputradewa. Wihara itu digunakan bagi kepentingan para peziarah dari Swarnadwipa (Sumatra) yang sedang belajar agama Buddha dan pengetahuan lainnya di Nalanda. Hubungan antara Sriwijaya dengan Kerajaan Cholamandala berjalan ketika Sriwijaya dipimpin oleh Sri Cundamaniwarmadewa. Pada saat itu, Raja Cholamandala mengizinkan Raja Sriwijaya mendirikan wihara (1006). Hubungan antara Sriwijaya dan kerajaan Cholamandala mulai retak saat Kerajaan Cholamandala diperintah oleh Rajandracoladewa dan Sriwijaya diperintah oleh Sri Sanggramawajiyattunggawarman.
2. Perluasan Darah Kekuasaan
Sejak pemerintahan Dharmasetu, Sriwijaya berhasil menjadi negara yang besar. Saat itu, Sriwijaya berhasil melakukan politik ekspansi wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan di Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan menurut I Tsing, Kedah di Pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya. Dengan armada laut yang kuat, Sriwijaya berhasil menguasai jalur-jalur perdangangan antara India dan Cina, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Semenanjung Malaya serta Tanah Genting Kra.
Pada tahun 683 M, Sriwijaya menaklukan Melayu. Penaklukan atas Melayu tersebut tertulis di Prasasti Kedukan Bukit. Dengan menguasai negara-negara di sekitarnya itu, Sriwijaya sepenuhnya dapat menguasai lalu lintas perdangan pelayaran dari negara-negara Asia Barat dan India ke Cina dan sebaliknya. Hal itu karena perahu-perahu asing semuanya terpaksa harus berlayar melalui Selat Malaka dan Selat Bangka yang dikuasai oleh Sriwijaya.
Selain menaklukan Melayu, Sriwijaya juga menaklukan Bangka dan Jawa (Sunda dan Tarumanegara). Penaklukan atas Jawa tersebut tertulis di Prasasti Kota Kapur. Dalam Prasasti Palas Pasemah disebutkan bahwa sampai abad ke-7 M, Sriwijaya telah mengambil alih kendali tepi barat Selat Sunda dan Lampung Selatan. Sriwijaya juga meluaskan ekspansinya ke luar negeri. Menurut berbagai caatan, kerja sama, pengaruh, dan kekuasaan Sriwijaya meluas sampai ke Kedah (Semenanjung Malaysia), Kamboja, dan Thailand.
Setelah menguasai Kedah, Sriwijaya menguasai jalur darat di Panpan yang merupakan jalur antara Teluk Bengali dan Laut Cina Selatan. Antara tahun 782 dan 790 M, Sriwijaya menyerang sebuah pusat pemerintahan di Kamboja di bawah pimpinan Sanggramadhananjaya (pengganti Dharmasetu). Saat itu, pasukan Sriwijaya berhasil menaklukkan sementara sebuah pemerintahan kecil bernama Indrapura di Sungai Mekong Hilir, Kamboja.
3. Kemunduran Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kemunduran pada akhir abad ke-12. Faktor yang mengawali mundurnya Kerajaana Sriwijaya adalah karena diserang oleh Kerajaan Cholamandala yang diperintah oleh Rajendracoladewa. Dalam penyerangan tersebut, Maharaja Sriwijaya berhasil ditawan musuh sehingga Sriwijaya telah kehilangan kehormatannya sebagai sebuah kerajaan besar. Meskipun diserang oleh Kerajaan Cholamandala, Kerajaan Sriwijaya belum mengalami keruntuhan.
Sriwijaya mulai melemah ketika pada tahun 1178 M perdagangan dan perniagaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal tersebut memicu terjainya perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil di bawah kekuasaan Sriwijaya. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya mulai terancam ketika pada abad ke-13 mendapat serangan dari pasukan Tahi dan Kerajaan Singasari secara bersamaan. Serangan pertama Kerajaan Singasari dilancarkan pada tahun 1275M. Sriwijaya (Melayu) akhirnya runtuh setelah berhasil ditaklukan Kerajaan Singasari pada tahun 1286 melalui peperangan yang panjang.
B. Aspek Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Letak Kerajaan Sriwijaya sangat strategis, yaitu berada di jalur lalu lintas perdagangan internasional sehingga menyebabkan masyarakatnya lebih terbuka dalam menerima berbagai pengaruh asing. Masyarakat Sriwijaya telah mampu mengembangkan bahasa komunikasi dalam dunia perdanganannya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa pengantar dalam perdagangan. Penduduk Sriwijaya juga bersifat terbuka dalam menerima berbagai kebudayaan yang datang. Salah satunya adalah mengadopsi kebudayaan India, seperti nama-nama India dan adat istiadat.
Letak Kerajaan Sriwijaya yang sangat strategis berada di jalur lalu lintas perdagangan internasional juga telah mendorong masyarakat untuk berkembang maju dalam aspek perekonomiannya. Dari berbagai temuan prasasti dan peninggalan arkeologis, Sriwijaya sejak abad ke-7 telah menjadi wilayah yang cukup padat dan telah mengenal berbagai bidang keahlian. Berdasarkan sumber-sumber keterangan dan bukti-bukti yang didapatkan, diduga mata pencaharian masyarakat Sriwijaya pada sektor pelayaran, perniagaan, dan perdanganan. Sriwijaya pernah menjadi pusat pengembangan ajaran Buddha di Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I Tsang yang mengatakan bahwa pada abad ke-8 di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Buddha di bawah bimbingan pendeta Buddha terkenal Sakyakirti. Di samping itu, pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajaru agama Buddha dan ilmu lainnya di India seperti tertera dalam Prasasti Nalanda.
C. Aspek Budaya
Pengaruh budaya Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya agama Hindu dan kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Sriwijaya yang merupakan kerajaan basar penganut agama Buddha. Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Buddha telah berkembang iklim yang kondusif untuk mengembangkan agama Buddha. I Tsing, seorang pendeta Cina pernah menetap selama 6 tahun untuk memperdalam agam Buddha. Salah satu karya yang dihasilakan, yaitu Ta Tiang siyukufakao sengchuan yang selesai ditulis pada tahun 692 M.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di darah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand. Ini disebabkan karena Sriwijaya merupakan kerajaan maritime selalu berpindah-pindah, tidak menetap di suatu tempat dalam kurun waktu yang lama.
Prasati dan situs yang ditemukan di sekitar Palemban, yaitu Prasasti Boom Baru (abad ke-7), Prasati Kedukan Bukit (682 M), Prasasti Talangtuo (684 M), Prasasti Telaga Batu (abad ke-7 M), Situs Candi Angsoka, Situs Kolam Pinishi, dan SItus Tanung Rawa.
Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpang, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs Muarojambi.
Di lampung, prasasti yang ditemukan yaitu Prasasti Palas Pasemah dan Prasati Bungkuk (Jabung). Di Riau, Candi Muara Takus yang berbentuk stupa Buddha.
BACA JUGA: Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Itulah sejarah Kerajaan Sriwijaya yang meliputi aspek kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Semoga informasi mengenai sejarah Kerajaan Sriwijaya di atas bisa menambah pengetahuan pembaca sekalian mengenai khasanah sejarah Indonesia. Terima kasih sudah berkenan membaca...