Kerajaan Bali | Keberadaan Kerajaan Bali dikenal dari Prasasti Blanjog atau Sanur yang berada pada 914 M. Prasasti ini berisi tentang raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Bali. Dalam artikel di bawah ini, kami akan mempresentasikan penjelasan tentang Kerajaan Bali dalam hal kehidupan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Semoga bisa menambah pengetahuan pembaca tentang sejarah nusantara. |
A-Z Sejarah
|
Kerajaan Bali: Raja-Raja, Pendiri, & Peninggalan | az-sejarah.blogspot.com |
A. Aspek Kehidupan Politik
Berdasarkan Prasasti Blanjong pada 914 Masehi, Raja Bali pertama adalah Khesari Warmadewa. Raja berikutnya adalah Ratu Sri Ugrasena yang memerintah pada 915-942 M Urgasena meninggalkan Sembilan prasasti yang berisi pembebasan pajak di wilayah tertentu dan pembangunan tempat-tempat suci. Setelah kematiannya, Ugrasena dharmakan di Air Mandatu. Pengganti Ugrasena adalah raja yang memakai gelar Warmadewa. Pengganti pertama Ugrasena adalah Ratu Aji Tabanendra Warmadewa yang memerintah tahun 955-967 M
Pengganti Tabanendra Warmadewa adalah Jayasingha Warmadewa yang memerintah sampai 975 M. Selanjutnya, Jayasingha Warmadewa digantikan oleh Jayashadhu Warmadewa yang memerintah dari 975-983 M. Pada tahun 983 M, seorang wanita Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi hadir. Pengganti Ratu Wijaya Mahadewi adalah Udayana Warmadewa (Udayana) Dharma yang memerintah sampai tahun 1001 Udayana memerintah dengan ratu bernama Gunapriya Dharmapatni atau lebih dikenal dengan nama Mahendradatta, putra Raja Makutawangsa Wardhana dari Jawa Timur. Udayana memiliki tiga putra, yaitu Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Pengganti Raja Udayana dan Gunapriya adalah Marakata.
Marakata memerintah dari tahun 1011 M sampai 1022 M. Periode orang sezaman Marakata bersama Airlangga. Setelah pemerintah berakhir, Marakata digantikan oleh Raja Anak Wungsu. Putra Wungsu adalah Raja Bali kuno yang meninggalkan tulisan paling banyak (lebih dari 28 prasasti). Putra Wungsu memerintah selama 28 tahun (1049-1077 M) Putra Wungsu meninggal pada tahun 1077 M dan dikuburkan di Gunung Kawi (dekat Tampaksiring). Ini menandai berakhirnya Dinasti Warmadewa.
Setelah berakhirnya Dinasti Warmadewa, Bali diperintah oleh beberapa raja, antara lain Jayasakti (1133-1150 M) Ragajaya, Jayapangus (1172-1176 M), Ekajalancana (1200-1204 M), dan Sri Astasura Rtana Bumi Banten. Sri Astasura Ratna Bumi Banten adalah raja terakhir Kerajaan Bali. Selama masa pemerintahannya, Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit.
B. Aspek Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Orang-orang Bali kuno sangat terbuka dalam menerima pengaruh dari luar, mereka mempertahankan tradisi kepercayaan leluhur mereka. Di Bali ada tiga agama, yaitu Hinduisme, Budhisme, dan kepercayaan animistik. Orang-orang Bali kuno hidup dengan aman dan damai karena para pemimpin negara yang patut dicontoh. Pada masa pemerintahan Raja Sri Jayasakti yang sudah kontemporer dengan masa pemerintahan Raja Jayabaya dari Kediri, raja sangat patuh terhadap hukum yang berlaku. Raja melakukan pemerintahan berdasarkan hukum Uttara Widdhi Balawan dan Rajawacana. Kehidupan sosial masyarakat Bali terbagi menjadi kasta yang disebut caturwarna. Ketika kerajaan Majapahit berhasil menaklukkan Bali, terbentuk sebuah kelompok masyarakat baru bernama Wong Majapahit yang merupakan keturunan penguasa dan penghuni Kerajaan Majapahit. Aktivitas ekonomi orang Bali terfokus pada pertanian dan perdagangan.
C. Aspek Budaya
Dalam prasasti sebelum masa pemerintahan Raja Anak Wungsu, telah disebutkan beberapa jenis seni yang ada pada masa itu. Tapi baru pada zaman Raja Anak Wungsu kita bisa membedakan jenis seni menjadi dua kelompok besar, yaitu seni keratin dan kesenian rakyat. Biasanya, kesenian di sekitar menghibur orang. Adanya istilah seni istana tidak berarti seni tertutup bagi masyarakat. Terkadang seni istana ditunjukkan kepada orang-orang di desa. Dengan kata lain, seni istana bukanlah monopoli raja-raja saja.
Jenis seni yang telah berkembang pada masa itu meliputi:
- Patapukan (atap, topeng)
- Pamukul (amukul, musisi gamelan)
- Abanwal (permainan badut)
- Abonjing (bangking musik angklung)
- Bhangin (seruling)
- Wayang (wayang)
Hasil budaya budaya Bali adalah:
- Prasasti
- Cap segel kecil dari tanah liat yang tersimpan dalam stupa kecil
- Arca misalnya patung durga
- Dua buku hukum yang digunakan pada masa pemerintahan jayasakti adalah Uttara Widdhi Balawan dan Rajawacana / Rajaniti.
- Pada zama jayasakti Buddhisme dan Shiva berkembang dengan baik bahkan raka sendiri disebut penjelmaan Dewa Wisnu (arus Waisnawa).
- Prasasti di Bali paling banyak menggunakan bahasa Jawa Kuno sehingga hubungan dengan Jawa diperkirakan mapan.
Demikianlah sejarah singkat Kerajaan Bali, semoga bisa mendapatkan pelajaran dari sejarah yang terjadi di nusantara ini. Semakin kita tahu tentang sejarah negara, semakian dalam cinta kita pada negara kita. Terima kasih.