Kerajaan Aceh Darussalam ~ Padamulanya, Aceh Darussalam meruakan salah satu wilayah atau kerajaan bawahan dari Kerajaan Pedir. Saat Malaka jatuh ke tangan Portugis, Aceh Darussalam berkembang karena banyak pedagang yang tidak mau berniaga dengan bangsa Portugis di Malaka. Dengan cara ini, Aceh Darussalam segera berkembang dan bisa lolos dari Kerajaan Pedir pada tahun 1520. |
AZ Sejarah
|
az-sejarah.blogspot.com | Sejarah Kerajaan / Kesultanan Aceh Darussalam |
1. Kehidupan Politik
Sultan pertama yang memerintah dan juga pendiri Kerajaan Aceh Darussalam adalah Sultan Ibrahim atau Sultan Ali Mughayat Shah (1514-1528). Aceh Darussalam berupaya memperluas pengaruhnya dengan merebut daerah sekitarnya. Pada tahun 1524, Pedir dan Samudra Pasai ditaklukkan. Raja Kerajaan Samudera Pasai secara berturut diteruskan oleh Sultan Aaludin Riayat Syah al-Kaher (1537-1571), Sultan Alaudin Mansur Syah (1571-1585), Sultan Alaudin Ri'ayat Syah Ibnu Sultan Munawar Syah (diperintah tahun 1588) dan Sultan Alaudin Ri'ayat Shah Ibn Firman Shah; sepeninggal Sultan Ali Mughayat Shah. Pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Ri'ayat Syah Ibnu Firman Syah, Belanda dan Inggris diterima sebagai mitra dagang lada. Setelah Sultan Alaudin Ri'ayat Syah bin Firman Shah wafat, Sultan berikutnya adalah Sultan Muda yang memerintah Aceh Darussalam sampai tahun 1607. Raja atau sultan yang memerintah Kerajaan Aceh Darussalam adalah Sultan Iskandar Muda, yang berkuasa selama 29 tahun yaitu dari tahun 1607 sampai 1636.
Sejak Sultan Ali Mughayat Shah, Aceh Darussalam berusaha merebut Malaka dari tangan Portugis. Serangan Aceh Darussalam ke Malaka dilakukan beberapa kali. Dengan bantuan tentara dan peralatan perang dari Kerajaan Ottoman dari Turki (1537-1568), tentara Aceh Darussalam menyerang Johar dan Malaka. Usaha untuk menaklukkan dan mengusi bangsa Portugis keluar dari Malaka juga dilanjutkan oleh raja-raja penerus lainnya. Usaha yang dilakukan adalah memperkuat pengaruhnya dengan menyerang Johar dan membangun hubungan persahabatan dengan kerajaan Islam di Jawa. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, perlawanan terhadap Portugis dimulai lagi. Aceh Darussalam berusaha untuk mendapatkan kembali wilayah yang telah disita oleh Portugis. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh Darussalam mencapai masa kejayaanya. Pada tahun 1638, Sultan Iskandar Muda meninggal dunia. Tahta kerajaan Aceh Darussalam kemudian digantikan oleh Iskandar Thani yang mulai berkuasa pada tahun 1638-1641. Selama masa Sultan Iskandar Tahni, banyak daerah di Aceh Darussalam memberontak dan ingin melepaskan diri. Setelah Sultan Iskandar Thani meninggal pada tahun 1641, Aceh Darussalam mengalami kemunduran. Penurunan Aceh Darussalam disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
- Kekalahan perang Aceh melawan Portugis di Malaka pada tahun 1629 membawa banyak korban dan harta benda.
- Tidak ada pengganti sultan yang cakap setelah Sultan Iskandar Muda meninggal dunia.
- Ada persaingan tidak sehat antara bangsawan dan ulama.
- Area yang jauh dari pusat pemerintah ingin membebaskan diri.
- Negara-negara Barat berhasil mendorong dan menggeser wilayah perdagangan Aceh Darussalam.
2. Kehidupan Ekonomi
Lokasi strategis Aceh Darussalam menyebabkan perdagangannya berkembang. Bidang perdagangan maju membuat Aceh Darussalam lebih makmur. Beralihnya pedagang dari Malaka ke Aceh akibat penguasaan Portugis, membuat Aceh berusaha untuk melepaskan diri dari Kerajaan Pedir dan ingin menaklukannya karena Kerajaan Pedir terkenal kaya akan lada Putih. Keberhasilan Aceh menaklukkan Pedir membuat Aceh Darussalam semakin makmur. Dengan kekayaan kekayaan, Aceh Darussalam mampu membangun angkatan bersenjata yang kuat. Lada dan emas merupakan komoditas unggulan dan menjadi sumber pendapatan utama kerajaan Aceh. Mata pencaharian utama masyarakat Aceh Darussalam adalah perdagangan, terutama perdagangan lada dan emas. Selain perdagangan, masyarakat Aceh Darussalam juga mengandalkan sektor kelautan dan pertanian.
3. Kehidupan Sosial dan Budaya
Budaya masyarakat Aceh Darussalam juga semakin maju karena sering dikaitkan dengan bangsa lain. Kemajuan tersebut dibuktikan dengan adanya hukum adat berdasarkan ajaran Islam yang disebut Hukum Adat Makeda Alam. Menurut hukum, pengangkatan Sultan harus legal dengan adat. Dalam menjalankan kekuasaan, sultan mendapat pengawasan dari klerus, kadi, dan dewan yudisial. Mereka bertugas untuk memperingatkan Sultan terhadap pelanggaran hukum dan hukum yang dilakukan.
4. Aspek Pemerintahan
Kesultanan Aceh Darussalam berdiri sebelum runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai yang pada tahun 1360 dipermalukan oleh Majapahit sampai kemundurannya pada abad ke-14. Kesultanan Aceh terletak di sebelah utara Pulau Sumatera dengan ibu kota Banda Aceh dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Shah. Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Selama kepemimpinannya, Aceh Darussalam telah berhasil mengusir pasukan Portugis dari Selat Malaka. Kejadian ini digambarkan di La Grand Ecyclopedie bahwa pada tahun 1582 orang Aceh telah memperluas pengaruhnya terhadap pulau-pulau Sunda (Sumatra, Jawa dan Kalimantan) serta bagian Semenanjung Malaya. Selain itu, Aceh juga melakukan hubungan diplomatik dengan semua negara yang berlayar di Samudera Hindia. Pada tahun 1586, Kesultanan Aceh menyerang Portugis di Malaka dengan armada 500 kapal perang dan 60.000 tentara laut.
Demikianlah penjelasan mengenai Kerajaan Aceh Darussalam. Semoga dari pemaparan di atas kita dapat lebih tahu tentang khasanah kekayaan sejarah yang ada di negara kita tercinta ini. Terima kasih ya sudah mau berkunjung dan membaca artikel di atas. Terima kasih banyak...